Selasa, 27 Maret 2012

TEORI HUMANISTIK MENURUT ARTHUR W. COMBS


 Karya-karya Arthur W. Combs
Supaya pembahasan lebih lengkap alangkah baiknya diketahui buku atau karya Arthur W. Combs. Walaupun pemakalah menemui kesulitan dalam melacak karya-karya Arthur W. Combs, melalui penelusuran internet ditemukan karya-karya beliau pada otomasi.unnes.ac.id. 
Adapun buku-buku karangan Arthur W. Combs antara lain: 
1. Myths in education: beliefs that hinder progress and their alternatives(mitos dalam kepercayaan yang dapat menghambat kemajuan pendidikan dan alternatif mereka)
2. Myths in education (mitos dalam pendidikan)
3. Myths and symbols in indian art and civilization(mitos dan simbol-simbol dalam seni dan peradaban indian)
4. Prinsip-prinsip Belajar Humanisme
Prinsip belajar humanisme terdiri dari
1. Manusia mempunyai belajar alami
2. Belajar signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempuyai relevansi dengan maksud tertentu
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
4. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu kecil
5. Bila ancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam memperoleh cara
6. Belajar yang bermakna diperolaeh jika siswa melakukannya
7. Belajar lancar jika siswa dilibatkan dalam proses belajar
8. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam
9. Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri
10. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar
5. Teori Belajar Menurut Arthur W. Combs
Bersama dengan Donald Snygg (1904 - 1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu, guru tidak bisa mamaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka tidak mau dan terpaksa serta merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sesungguhnya tak lain hanyalah dari ketidakmauan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya 
Mencermati kondisi di atas, seorang guru hendaknya memahami betul karakter siswa, dengan cara melihat potensi yang terdapat pada diri anak. Sebagai ilustrasi; seorang Ahmad Dani tidak begitu pintar matematikanya, namun dia memiliki kelebihan dalam dunia musik yang sampai saat ini menempatkan dia sebagai musisi teratas. 
Seorang guru sebagai fasilitator hendaknya dapat mencermati realitas siswa yang tidak menyukai materi yang diberikan. Guru diharapkan melihat kondisi bakat siswa yang ada pada dirinya. Karena bakat, potensi dimiliki masing-masing oleh siswa siswa.
Menurut Combs sebagaimana dikutip oleh Rumini, dkk. (1993) perilaku yang keliru atau tidak baik terjadi karena tidak adanya kesediaan seseorang melakukan apa yang seharusnya dilakukan sebagai akibat dari adanya sesuatu yang lain, yang lebih menarik atau memuaskan. Misalkan guru mengeluh murid-muridnya tidak berminat belajar, sebenarnya hal itu karena murid-murid itu tidak berminat melakukan apa yang dikehendaki oleh guru. Kalau saja guru tersebut lalu mengadakan aktivitas-aktivitas yang lain, barangkali murid-murid akan berubah sikap dan reaksinya.
Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan siswa. Guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. 
Arthur Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti 2 lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat : 1. lingkaran kecil adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar. 2. adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan. (http://elearning-po.unp.ac.id). Jadi jelaslah mengapa banyak hal yang dipelajari oleh murid segera dilupakan, karena sedikit sekali kaitannya dengan dirinya.
Arthur W. Combs menjelaskan bagaimana persepsi ahli-ahli psikologi dalam memandang tingkah laku. Untuk mengerti tingkah laku manusia, yang penting adalah mengerti bagaimana dunia ini dilihat dari sudut pandangnya. Pernyataan ini adalah salah satu dari pandangan humanistik mengenai perasaan, persepsi, kepercayaan, dan tujuan tingkah laku inner (dari dalam) yang membuat orang berbeda dengan orang lain. Untuk mengerti orang lain, yang penting adalah melihat dunia sebagai yang dia lihat, dan untuk menentukan bagaimana orang berpikir, merasa tentang dia atau tentang dunianya. Combs menyatakan bahwa tingkah laku menyimpang adalah “akibat yang tidak ingin dilakukan, tetapi dia tahu bahwa dia harus melakukan”( Sri Esti Wuryani Djiwandono 2002, hlm. 182-183). 
Arthur Combs, seorang humanis, berpendapat bahwa perilaku batiniah, seperti perasaan, persepsi, keyakinan, dan maksud, menyebabkan seseorang berbeda dengan orang lain. Untuk memahami orang lain, kita harus melihat dunia orang lain seperti ia merasa dan berpikir tentang dirinya. Seorang pendidik dapat memahami perilaku peserta didik jika ia mengetahui bagaimana peserta didik memersepsikan perbuatannya pada suatu situasi. Apa yang kelihatannya aneh bagi kita, mungkin saja tidak aneh bagi orang lain. Dalam proses pembelajaran, menurut para ahli psikologi humanistis, jika peserta didik memperoleh informasi baru, informasi itu dipersonalisasikan ke dalam dirinya. Sangatlah keliru jika pendidik beranggapan bahwa peserta didik akan mudah belajar kalau bahan ajar disusun rapi dan disampaikan dengan baik, karena peserta didik sendirilah yang menyerap dan mencerna pelajaran itu. Yang menjadi masalah dalam proses pembelajaran bukanlah bagaimana bahan ajar itu disampaikan, tetapi bagaimana membantu peserta didik memetik arti dan makna yang terkandung di dalam bahan ajar itu. Apabila peserta didik dapat mengaitkan bahan ajar dengan kehidupannya, pendidik boleh berbesar hati karena misinya telah berhasil (http://roebyarto.multiply.com/journal/item/105).
6. Peran Guru dalam Teori Arthur Combs
Combs memberi perhatian peran guru sebagai fasilitator yang berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas sifasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa guidenes(petunjuk) sebagai berikut:
1) Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
2) Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3) Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4) Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
5) Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6) Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
7) Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-angsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
8) Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa.
9) Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar.
10) Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri 


7. Peran Siswa dalam Teori Arthur Combs
Dalam teori Combs peranan siswa lebih dominan, karena guru terfokus pada fasilitator yang coba memberikan arahan kepada siswa. Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas, jujur dan positif.
3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
5. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
8. Implikasi Teori Belajar Humanistik
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator yang berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas si fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa guidenes (petunjuk) sebagaimana yang dijelaskan di bawah ini  yaitu :
1). Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
2). Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3). Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4). Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
5). Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6). Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
7). Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-angsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
8). Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
9). Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
10). Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
Pada hakikatnya seorang pendidik adalah seorang fasilitator. Fasilitator baik dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik. Seorang pendidik hendaknya mampu membangun suasana belajar yang kondusif untuk belajar mandiri. Ia juga hendaknya mampu menjadikan proses pembelajaran sebagai kegiatan eksplorasi diri.
7. Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Kegiatan Pembelajaran
Teori humanistik sering dikritik karena sukar diterapkan dalam konteks yang lebih praktis. Teori ini dianggap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori keperibadian dan psikoterapi dari pada bidang pendidikan, sehingga sukar menterjemahkannya ke dalam langka-langkah yang lebih konkret dan praktis. Namun karena sifatnya yang ideal, yaitu memanusiakan-manusi, maka teori humanistik mampu memberikan arah terhadap semua komponen pembelajaran untuk mendukung tercapainnya tujuan tersebut (C. Asri Budiningsih 2008, hlm. 76).
Lebih lanjut C. Asri Budiningsih (2008, hlm. 77), mengatakan bahwa teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya. Meskipun teori humanistik ini Masih sukar diterjemahkan ke dalam langkah-langkah pembelajaran yang praktis dan operasional, namun sumbangan teori ini amat besar. Ide-ide, konsep-konsep, teksonomi-teksonomi tujuan yang telah dirumuskannya dapat membantu para pendidik dan guru untuk memahami hakekat kejiwaan manusia. Hal ini akan dapat membantu mereka dalam menentukan komponen-komponen pembelajaran seperti perumusan tujuan, penentuan materi, pemilihan strategi pembelajaran, serta pengembangan alat evaluasi, ke arah pembentukan manusia yang dicita-citakan tersebut.
Dalam prakteknya teori humanistik ini cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Oleh sebab itu, walaupun secara ekplisit belum ada pedoman baku tentang langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan humanistik, namun paling tidak langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irawan (2001) dapat digunakan sebagai acuan. Langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2. Menentukan materi pelajaran
3. Mengedintifikasi kemampuan awal (entry behavior) siswa
4. Mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri atau mengalami dalam belajar
5. Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran
6. Membimbing siswa belajar secara aktif
7. Membimbing siswa untuk memahami hakikat makna dari pengalaman belajarnya
8. Membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya
9. Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi nyata
10. Mengevaluasi proses dan hasil belajar
Aplikasi teori belajar humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa, guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma, disiplin atau etika yang berlaku.
8. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Humanistik
Kelebihannya adalah 
a) Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
b) Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
c) Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku (http://www.perpustakaan-online.blogspot.com)
Kekurangannya adalah :
a). Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar
b). Terlalu memberi kebebasan pada

 SIMPULAN
Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal.
Teori belajar Arthur W. Combs yang dikenal dengan Meaning (makna atau arti). Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu, guru tidak bisa mamaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan siswa. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sesungguhnya tak lain hanyalah dari ketidakmauan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya. Dalam prakteknya teori humanistik ini cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar.
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
1.      Kognitif (kebermaknaan)
2.      experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Guru menghubungan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1.      Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2.      Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
3.      Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4.      Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :
1.      Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
2.      Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
3.      Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
4.      Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
5.      Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
6.      Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
7.      Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
8.      Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
9.      Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
10.  Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
1.      Merespon perasaan siswa
2.      Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3.      Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4.      Menghargai siswa
5.      Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6.      Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa)
7.      Tersenyum pada siswa
Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.

List of Suffixes


able, ible, ble
acious, cous, al
ance
ancy
ant, ent, er, or
ar, ary
arch
ast
crat
ence
ful
gram
graph, graphy
(i)an
ic, ac, il, ile
ician
ion
ist
ite, ote
ity, ty, y
ism
ist
ive
less
logy
ment
nomy
ness
oid
ory
ous, ose
sis, se, sy, sia
ship
some
tude
y
able to
like, having the quality of
the act of
a state of being
one who
connected with, related to
one who rules
one who does
one who advocates, rules by
quality of, act of
full of
thing written
writing, instrument for writing
pertaining to, like, concerned with
of, like, pertaining to
specialist in, practitioner of
the act or condition of
one who makes, does
one connected with, inhabitant of
the state of, character of
belief in, practice of, condition of
one who believes or is engaged in
having the nature of
lacking, without
the study of
the act of, the state of
science of, system of laws governing
the quality of
like, having the shape of
having the nature of, a place or thing for
full of, having, containing
act of, state of, result of
the art or skill of, the ability to
full of, like
the state or quality of, the ability to
full of, somewhat - to a degree


able, ible, ble
acious, cous, al
ance
ancy
ant, ent, er, or
ar, ary
arch
ast
crat
ence
ful
gram
graph, graphy
(i)an
ic, ac, il, ile
ician
ion
ist
ite, ote
ity, ty, y
ism
ist
ive
less
logy
ment
nomy
ness
oid
ory
ous, ose
sis, se, sy, sia
ship
some
tude
y
able to
like, having the quality of
the act of
a state of being
one who
connected with, related to
one who rules
one who does
one who advocates, rules by
quality of, act of
full of
thing written
writing, instrument for writing
pertaining to, like, concerned with
of, like, pertaining to
specialist in, practitioner of
the act or condition of
one who makes, does
one connected with, inhabitant of
the state of, character of
belief in, practice of, condition of
one who believes or is engaged in
having the nature of
lacking, without
the study of
the act of, the state of
science of, system of laws governing
the quality of
like, having the shape of
having the nature of, a place or thing for
full of, having, containing
act of, state of, result of
the art or skill of, the ability to
full of, like
the state or quality of, the ability to
full of, somewhat - to a degree

Minggu, 25 Maret 2012

Tabel Prefix


Native
Prefix
Meaning
Example
a-
verb > predicative adjective with progressive aspect
afloat, atremble
anti-
against
anti-war, antivirus, anti-human
arch-
supreme, highest, worst
arch-rival, archangel
be-
equipped with, covered with, beset with (pejorative or facetious)
bedeviled, becalm, bedazzle, bewitch
co-
joint, with, accompanying
co-worker, coordinator, cooperation
counter-
against, in opposition to
counteract, counterpart
de-
reverse action, get rid of
de-emphasise
dis-
not, opposite of
disloyal, disagree
dis-
reverse action, get rid of
disconnect, disinformation
en-/em-
to make into, to put into, to get into
enmesh, empower
ex-
former
ex-husband, ex-boss, ex-colleague, exit
fore-
before
forearm, forerunner
in-/il-/im-/ir-
not, opposite of
inexact, irregular
inter-
between, among
interstate, interact
mal-
bad(ly)
malnourish
mid-
middle
midlife
mini-
small
minimarket, mini-room
mis-
wrong, astray
misinformation, misguide
out-
better, faster, longer, beyond
outreach, outcome
over-
too much
overreact, overact
post-
after
post-election, post-graduation
pre-
before
pre-election, pre-enter
pro-
for, on the side of
pro-life
re-
again, back
rerun
self-
self
self-sufficient
step-
family relation by remarriage
stepbrother
trans-
across, from one place to another
transatlantic
twi-
two
twibill, twilight
un-
not, opposite of
unnecessary, unequal
un-
reverse action, deprive of, release from
undo, untie
under-
below, beneath, lower in grade/dignity, lesser, insufficient
underachieve, underground, underpass
up-
greater, higher, or better
upgrade, uplift
with-
against
withstand
[edit]Neo-classical
Prefix
Meaning
Examples
Afro-
relating to Africa
Afro-American
ambi-
both
ambidextrous, ambitendency
amphi-
two, both, on both sides
amphiaster, amphitheater, amphibian
an-/a-
not, without
anemic, asymmetric
ana-/an-
up, against
anacardiaceous, anode
Anglo-
relating to England
Anglo-Norman
ante-
before
antenatal
anti-
opposite, against
antivenom
apo-
away, different from
apomorphine
astro-
star
astrobiology
auto-
self
autobiography, automatic
bi-
two
bicycle
bio-
biological
biodegrade
circum-
around
circumnavigate
cis-
on this side of
cislunar
con-/com-/col-/cor-/co-
together or with
confederation, commingle, colleague, correlation, cohabit
contra-
opposite
contradict
cryo-
ice
cryogenics
crypto-
hidden, secret
cryptography
de-
down
depress
demi-
half
demigod
demo-
people
demography
di-
two
dioxide
dis-/di-/dif-
apart
differ, dissect
down-
to make something lesser, lower or worse
downgrade
du-/duo-
two
duet
eco-
ecological
ecosystem
electro-
electric, electricity
electro-analysis
epi-
upon, at, close upon, in addition
epidermis
Euro-
European
Eurocentric
ex-
out of
export
extra-
outside
extracurricular
fin-
kinship
affinity
Franco-
French, France
Francophile
geo-
relating to the earth or its surface
geography
gyro-
spinning on an axis
gyrosphere, gyrocopter
hetero-
different
heterosexual
hemi-
half
hemimorphic
homo-
same
homogenous, homologous
hydro-
relating to water, or using water
hydroelectricity
hyper-
above, over
hypo-
under or below something, low
ideo-
image, idea
ideograph
idio-
individual, personal, unique
idiolect
in-
in, into
insert
Indo-
relating to the Indian subcontinent
Indo-European
infra-
below, beneath
infrared
inter-
among, between
intercede
intra-
inside, within
intravenous
iso-
equal
isochromatic
macr(o)-
long
macrobiotic
maxi-
very long, very large
maxi-skirt
mega-/megalo-
great, large
megastar, megalopolis
meta-
after, along with, beyond, among, behind
meta-theory
micro-
small
microbacillus
midi-
medium-sized
midi-length
mon(o)-
sole, only
monogamy
multi-
many
multi-storey
neo-
new
neolithic
non-
not
nonexistent
omni-
all
omnipotent, omnipresent
ortho-
correcting or straightening
orthodontics, orthotropic
paleo-
old
paleolithic
pan-
all, worldwide
pan-African, pandemic
para-
beside, beyond
parallel
ped-/pod-
foot
pedestrian, podiatrist
per-
through, completely, wrongly, exceedingly
permeate, permute
peri-
around
periphrase
photo-
light, photography, photograph
photoelectric
poly-
many
polygon
post-
after
postpone
pre-
before
predict
preter-
beyond, past, more than
preternatural
pro-
substitute, deputy
proconsul
pro-
before
procambium
pros-
toward
proto-
first, original
protoplasm, prototype
pseudo-
false, imitation
pyro-
fire
pyrokinetic
quasi-
partly, almost, appearing to be but not really
quasi-religious
retro-
backwards
retrograde
semi-
half
socio-
society, social, sociological
sociopath
sub-, sup-
below, under
support
super-
above, over
supervisor
supra-
above, over
suprarenal
sur-
above, over
surreal, surrender
syn-/sy-/syl-/sym-
together, with
synthesis, symbol, syllable, system
tele-
at a distance
telegraph, television
trans-
across
transverse
tri-
three
tricycle
ultra-
beyond
ultraviolet, ultramagnetic
uni-
one
vice-
deputy
vice-president, vice-principal
[edit]Archaic
Prefix
Meaning
Example
y-
inflectional prefix
yclad, yclept (both archaic words)